Jumat, 01 Februari 2008

Puisi Kecil tuk Gadis Kecilku


Puicil (Puisi Kecil)Untuk Gadis Kecilku

Keadaan membuatku tambah dewasa. Sekarang tidak seperti dulu, dan belum pasti seperti yang akan dating. Keadaan memaksaku dewasa. Kanan dan kiri, seperti halnya siang dan malam. Begitu juga batinku ini. Nafas mengajak olah untuk berdua (berbaik buruk, ber suka senang, bersuram teran, dan ber-ber yang kadang hangat, namun kadang hambar.
Kisah keterbukaan ini bukan wujut dari komersial diri, namun adalah yang sebenar-benarnya tangisan batin ayam jantan. Seru jika mendapat SMS (sort massage service) dari sang cewe’. Seru dalam rangka seru jerit batin, seru tangis mata, seru tawa bibir, seru ekspresi tangan, seru timangan lidah, dan seru-seru yang menyerukan.
Rasanya kembali menjadi anak perguruan TK alias cetek. Ingin dimanja, kadang tertawa, kadang menangis, kadang gelisah, cemburu, melamun, onani, menghayal, merengek, ngapusi, menggoda, dewasa, sensitive, dan bosan.
Itulah estetik hidup. Gejolak membuat warna, warna-warni, warna beda, warna simponi. Ini kisahku bukan kisah komersial.
Cewe yang aku cinta. Mungkin kata itu menghangat dan terasa saat awal-awal baru kenalan alias jadian. Sebagai manusia beradab manusia, aku merasakan hal tersebut. Aku kirimkan bingkisan murah kepada sang kekasih malam itu. sebuah gombal kusut yang pernah digunakan romeo dan Juliet pada filmnya. Puisi gombal yang sering saya sebut puicil (puisi kecil) aku beli dari operator TELKOMSEL seharga Rp99,00. Murah kan? Namun sudah dapat menggelelekan (membius) sang cewe.

Sepi merindu

Sapalah aku,
Kejar, kejar rintihanku,
Sua bernada, tak henti menyapa,

Mimpiku mimpimu,
Mimpikan aku di mayamu,

Ku alunkan nada sua,
Hampa tak bertepi tak bernada,
Hampa.

Ket : puisi ini sering saya gunakan untuk mengawali rayuan gombal pada setiap cewek. Puisi sederhana ini saya designee agar mudah dimengerti, irit menyentuh kalbu. Didalamnya menggambarkan kekosongan hati, kejombloan raga, dan hasrat yang membara untuk mencari obat penyakit jomblo.

Rapuh

Saat gadis kecil bermanja,tertawa
Abai ku abai kosong terabai,
Gadis-gadis manja tertawa
Abai melambai serunai

Rapuh serapuh-apuhnya,
Rindu serindu-rindunya,
Kosong, labil, hamil,
Rintih-rintih rintik-rintik,

Tinggi kasihku,

Kasih pipit pada sang merak,
Bagai bintang hampiri purnama
Kasihku kasihmu,
Merayu,
Hanyut hayal hangat dihimawanpada,
Hastuti,

Ket : jujur, untuk sms ini berharga Rp198,00. Dan jujur aku ngawur menyusun rangkaian kata. Apa itu serunai? Apa itu himawanpada? Apa itu hastuti? Jawabannya apa anak-anak? Pinter!

Kenangan,

Ingat saat kita berdua duduk dibawah malam,
memandang indah bintang yang berpijar,
Dihati berjanji kita berdua untuk tetap setia, meski berbeda,
Saat kita berdua meraba cinta itu,
Dan bertanya pada waktu yang terus berjalan,
Jika kita terpisah,
Ingatlah kita pernah satu,
Walau perbedaan selalu ada dihati,
Jika semua ini apa adanya,
Aku ingin engkau mengenangnya.

Ket : mau diakui atau tidak, ini adalah SMS replay asli dari sang cewe. Busur panahku memang tumpul. Namun ketepatan bidikanku membuat buruan mendekat untuk dibidik.

Suuur

Coba rasakan,
Kasur menimangmanjamu saat ini,

Coba rasakan,
Lambai angin merayumu saat ini,

Coba rasakan,
Detakku detakmu,
Ah... itu kuasa tuhan, jangan bersua,

Coba rasakan,
Detakku detakmu,
Rebahkan telapakmu didada,

Coba rasakan,
Jantungku jantungmu,
Berdetak seirama,
Ah… itu kuasa tuhan, jangan bersua.

Ket : hasrat memuncak. Aku bersemangat meneruskan SMS. Benar kata buku,”dalam lautan dapat diukur, dalam hati siapa tau.” Kebosanan meliputinya, sehingga jawaban berakhir dengan kegalakan yang tidak pantas saya sampaikan di blog ini.
(Didik Supriadi)

Tidak ada komentar: