Sabtu, 27 Oktober 2007

KASEPUHAN


Sebuah unsur elemen jiwa yang elastis, enak dibahas, tetapi ternyata tidak mudah dikerjakan. Kasepuhan adalah istilah dari bahasa jawa yang terdiri dari kata sepuh mendapat imbuhan ke-an. Sepuh sendiri mempunyai arti tua. Tua dalam hal ini adalah tua jasmani dan rohaninya. Kasepuhan sering dibahas dalam forum rasa pangrasa. Yaitu sekelompok orang yang merasa bingung dengan kehidupannya, merasa dibohongi dan mempunyai keinginan untuk maju.

Pembahasan kasepuhan oleh orang jawa mungkin dilakukan karena unsur geografis yang mendukung. orang jawa sudah merasa legawa atau pasrah terhadap sandang pangan kepada lingkungan yang subur makmur atau gemah ripah loh jinawi. Keinginan yang diciptakan, biasanya tidak bisa ditangkap oleh akal nalar riil, dan ternyata sampai sekarang ini, hal tersebut telah menjadi hobi yang perlu dicari kebenaran dan cara melaksanakan dengan mudah.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, apakah kasepuhan adalah sebuah ilmu (klenik) atau sebagai wacana hidup manusia?. Ternyata pertanyaan itupun menjadi pagar maya bagi pikiran saya. Karena secara blak-blakan, manusia mendapatkan kasepuhan bisa karena ilmu yang hanya didapatkan jika orang tersebut mau srawung atau bergaul dengan orang lain. Kasepuhan pun bisa dikatakan wacana atau pandangan seseorang untuk hidup dengan layak dan selamat dibumi maupun pada kehidupan setelahnya. Mengapa dapat saya katakana seperti itu? Karena kasepuhan sendiri mengandung pendidikan moral yang pada hakekatnya tidak membuat kehancuran alam, mengganggu kehidupan sesama, dan pada intinya lebih mengarah pada kepentingan individual.

Salah satu kepentingan individual itu berupa pertanyaan pada diri. “bagaimana saya berbuat dan orang lain tidak merasa rugi?”, ternyata jika dirasakan hal tersebut sangatlah sulit. Contohnya : ada seorang yang sengaja dan iklas untuk beramal, akan tetapi disisi lain ada salah satu pihak yang tidak menyukai perbuatan kita. Dikatakan dari beberapa ajaran moral, Yang dinamakan dosa adalah perbuatan yang dengan sengaja atau tidak sengaja merugikan mahluk lain selain dirinya, misalnya merusak lingkungan, menganiaya orang dan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma dan aturan yang berlaku. Sulit kan?

Akan tetapi sampai dengan saat ini orang jawa membuat membuat antisipasi terhadap perbuatan-perbuatan semacam itu. Mereka menemukan sadurunge njangka kudu dijinangka, aja waton ngendika nanging ngendikan ngagem wewaton, aja rumangsa bisa nanging kudu bisa rumangsa, becik ketitik ala ketara, nglurug tanpa bala menang tanpa ngasorake, dan masih banyak lagi.

Orang yang dikatakan sepuh adalah orang yang sudah makan asam asinnya dunia. Tapi tidak hanya orang yang sudah lanjut usia yang dapat melakukan prinsip-prinsip sifat kebaikan manusia yang salah satunya tercantum diatas. Namun sejak dinipun kita sudah bisa ngugemi kasepuhan. Bagaimana sikap kasepuhan di masyarakat, orang yang dianggap mempunyai kasepuhan biasanya kharismatik (berwibawa, dihargai, dihormati, dipercaya), tidak banyak bicara, namun jika sudah berbicara, biasa banyak dipercaya oleh orang lain, tidak banyak bercanda atau nggluweh, karena mereka mempunyai prinsip sabda mawa japa atau ngugemi sabda pandhita ratu, orangnya jujur (antara batin dan perbuatan sama), perbuatannya sangat menyimpang sekali dengan tokoh wayang Sengkuni.

Pastinya kekharismatikan, dihormati orang lain, dan mencapai kegemilangan hidup menjadi idaman bagi setiap orang. Dengan motivasi dasar kemauan tersebut, mari kita gunakan dan kita manfaatkan untuk mencapai kasepuhan dengan cara kita sendiri. Bisa lewat agama, bergaul dengan kanca(kanca ngaji, kanca sekolah, kanca rembugan) tapi bukan bala (bala keplek, bala maling, ngrampok), mau menerima nasihat yang sehat, dan masih banyak lagi cara yang dapat kita lakukan.

Jika kita mau seperti itu, secara otomatis dan cepat dampak yang diinginkan akan muncul. Dan jika semua orang dapat melakukannya, efek secara besar-besaran terhadap perubahan lingkungan pasti akan terjadi. (Didik Supriadi)